Sumber gambar: t2.gstatic.com
Saat malam menjelang, bunga melihat daun-daunnya lalu tersungkur tidur sambil mendekap rindunya. Manakala pagi menyambangi, ia membuka bibirnya demi menyambut kecupan sang kemuning fajar. Seperti hari biasa aku sibak tirai, dan mengintip lelaki tua diseberang taman yang senantiasa diam bersimpuh menyatu dengan energi alam pagi. Lelaki tua dengan penyanggah tumpuan badannya, namun pagi ini ada yang berbeda dari biasanya, ia tidak berdiam namun dengan suaranya yang terbata ia berteriak pada sang fajar....
"Tak akan kutukar duka lara hatiku dengan suka cita manusia. Aku rela bila air mata yang mengucur dari setiap kesedihan diri menjadi tawa. Biarlah hidupku berkubang air mata dan senyuman. Air mata yang menyucikan hidupku dan membuatku mengerti dan faham akan rahasia-rahasia hidup dan misterinya. Sejuta senyuman yang mendekatkanku pada orang-orang tercinta serta menjadi lambang pengagunganku terhadap Tuhan. Sejuta air mata yang memadukanku dengan orang-orang yang terpinggirkan dan patah hati. Senyuman yang menjadi tanda kebahagianku akan keberadaanku"
Kemudian, "Lebih baik aku mati membawa rindu daripada hidup menanggung jemu. Ingin kurasakan kelaparan cinta pada kecuraman palung jiwaku, karena aku muak melihat mereka yang telah puas adalah manusia paling celaka dan paling dekat pada materi. Aku mendengar dan aku menyimak desahan pecinta yang melebihi merdu rintihan apa pun"
Aku termenung dan terhenyak akan perkataan lelaki tua tersebut, aku menerawang alam benakku mengapa ia muak dengan pengejaran "materi"?. Apa yang salah dengan materi? Bukankah hidup butuh materi? Bukankah "money can buy everything"? Kita bangun pagi, bergegas untuk kerja keras dan mendapatkan "materi"?....Apa yang salah dengan materi? Begitu benakku bertanya....
Apakah hidup untuk "materi" ataukah "materi" untuk hidup? Mengejar materi adalah hal yang tidak salah, tetapi alangkah bijaknya bila menjemput keberkahan-Nya. Karena berkat-Nya senantiasa berlimpah bahkan kita akan selalu kelimpahan....Mungkin itulah maksud "lelaki tua" itu agar aku senantiasa mencari keberkahan-Nya bukan "memuaskan" ke-akuan dan kebutuhan sesaat yang tak akan pernah ada habisnya. Hidup bukan semata mempertahankan hidup, namun hidup harus "menghidupkan" kehidupan ini dengan "pelayanan" kita kepada Tuhan sebagai wujud syukur atas setiap detik anugerah yang Dia berikan...(sebuah catatan di kala fajar)
No comments:
Post a Comment