Sumber gambar : t0.gstatic.com
Tuhan memberi kita sebidang tanah yang tak terhingga pada diri kita. Sebidang tanah yang diletakkan dalam "otak" kita, sebidang tanah itu adalah pikiran. Pikiran ibarat sebuah ladang yang harus kita garap, rawat dan diberi pupuk agar "lahan" itu menghasilkan buah kala kita tanam.
Pikiran yang dipelihara seseorang adalah hal-hal yang dinikmati seseorang, dan apa yang dinikmati seseorang mengungkapkan siapa orang itu. Jika kita memelihara pikiran-pikiran yang baik, jujur, adil, suci, indah dan benar, maka tidak tersisa banyak waktu bagi kita untuk memikirkan hal-hal yang jahat. Dengan kata lain, kalau kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang suci, kita mengusir keluar hal-hal yang kotor.
Jika kita perhatikan arti kata "berpikir" dalam bahasa inggris akan kita dapati bahwa kata "think" (berpikir) dan "thank" (berterima kasih) berasal dari akar yang sama. Mereka yang "berpikir" benar akan ingin "berterima kasih" karena "apa yang dipikirkan seseorang di dalam hatinya, itulah yang akan terungkap". Saat kita memikirkan berkat-berkat kita, hati kita yakin akan melimpah dengan ucapan "syukur". Tapi bagaimana jika sebaliknya?.
Seseorang yang sudah dewasa, matang dalam cara berpikirnya pastilah ia akan selalu mengucap "terima kasih" atas sesuatu yang diterimanya. Bukan saja kepada manusia seharusnya kepada Tuhan yang telah memelihara kita, harusnya kita selalu "berterima kasih" baik itu ketika suami atau pasangan kita gagal memperoleh kenaikan gaji atau juga gagal dalam usahanya. Juga manakala anak kita memperoleh nilai yang "jelek" dalam sekolahnya. Intinya baik hal yang "buruk" menimpa, kita tetap "bersyukur" kepada Tuhan.
Apabila masalah bertumpuk di sekeliling kita, kita bisa dengan mudah melupakan bahwa Ia mengetahui akhir dari awal, dan bahwa hal ini akan bekerja untuk kebaikan kita, tidak peduli segelap apa keadaan pada saat itu. Kita lupa bahwa seseorang harus menderita sebelum bisa sembuh.
Jika rasa syukur kita hanya bergantung pada keadaan luar, maka itu tidak mengisi tempat yang permanen dalam hidup kita. Apabila angin kesulitan hidup bertiup, dan kita berada dalam masalah dan membutuhkan pertolongan, serta masih bisa berkata "Terima kasih" pada Tuhan, itulah sejatinya diri kita yang hanya bergantung pada-Nya.
Apakah Anda kesepian? Ataukah Anda haus dan lapar?. Pernahkah Dia tinggalkan dalam kesukaran?.
Sudahkah kita mengucap "Terima Kasih" pada Tuhan, atas kehangatan sinar matahari, sejuknya udara pagi, keharuman wangi bunga atau indahnya kasih sayang seorang anak?
No comments:
Post a Comment