Pernahkah Anda mengalami repotnya menghadapi septic tank yang ngadat? Misalnya bak penampung yang penuh, pipa saluran yang mampat, atau bau tidak enak yang menyebar ke mana-mana sehingga bikin tidak enak hati sama tetangga?
Jangankan urusan septic tank yang tidak dapat digunakan sebagaimana biasanya. Saat kebelet ingin ke belakang, sementara semua WC terpakai, kita sudah merasa sangat kerepotan. Karena itu, masalah lubang pembuangan ini tidak bisa dianggap enteng.
Karena merupakan perangkat vital dari sebuah rumah, pembuatan septic tank harus direncanakan sejak awal dan masuk dalam rencana utama pembangunan sebuah rumah. Secara umum, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan septic tank, diantaranya teknologi yang akan digunakan, konstruksi, jumlah penghuni rumah, letak, dan perawatannya.
Konvensional vs modern
Saat ini setidaknya ada dua pilihan teknologi septic tank yang dapat Anda pilih, yaitu konvensional dan modern. Pada teknologi konvensional, kontruksi "bangunannya" terdiri dari bak penampung utama yang juga disebut sebagai septic tank serta mempunyai bak (sumur) resapan. Sumur resapan berfungsi "menyaring" limbah cair limpahan dari bak penampung utama sebelum diresapkan ke dalam tanah.
Sementara pada septic tank modern, baka resapan air sudah tidak digunakan lagi. Salah satu septic tank modern menggunakan teknologi biologis dan filterisasi untuk proses pembusukan dan penyaringan limbah cairnya.
Konstruksi Harus Memenuhi Syarat
Jika Anda memilih septic tank konvensional, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana bentuk dan konstruksinya sudahkah ideal? Jika tidak memenuhi syarat, kerugian dan kesulitan akan menghadang Anda di kemudian hari.
Misalnya masalah septic tank yang lebih cepat penuh. Didalamnya masih ada ruang kosong, tetapi kesalahan konstruksi membuatnya tidak dapat terisi secara efisien. Atau, terjadi kemampatan yang mengakibatkan septic tank harus dibongkar lagi. Yang terakhir, bila saluran peresapan tidak jelas arahnya, akan terjadi pencemaran air tanah dan bau tak sedap. Semua kesalahan tersebut akan berujung pada pemborosan biaya karena septic tank harus sering diperbaiki.
Ukuran Harus Sesuai
Ukuran septic tank (p x l x t) harus dihitung dengan matang untuk menghindari lubang tersebut cepat penuh. Sebagai contoh, untuk perencanaan septic tank dengan rumah yang dihuni oleh enam orang, dengan perkiraan satu orang membuang 30 liter air/hari, maka total pembuangan per hari adalah 6 x 30 = 180 liter.
Perkiraan proses pembusukan oleh bakteri sekitar 4 hari sehingga 180 liter x 4 = 780 liter. Dengan asumsi tinggi air 1 meter dan ruang udara 35 cm, maka tinggi lubang menjadi 1,35 m. Selanjutnya dapat ditentukan panjang (p) dan lebar (l) septic tank di mana p x l x 1,35 m >0,78 m3 (1 m3 = 1 liter).
Kemiringan Pipa
Hal yang tak kalah penting untuk dicermati dalam proses pembuatan septic tank adalah tingkat kemiringan pipa saluran dari kloset hingga bak penampungan. Selisih ketinggian antara dasar kloset dan permukaan air bak penampung kotoran sebaiknya sebesar mungkin, asal tidak tersandung berbagai kendala, seperti kondisi struktur bangunan. Sebagian besar orang meninggikan level lantai dasar rumahnya secara berlebihan hanya demi menghindari problem WC mampat.
Adapun pipa (PVC) yang dianjurkan tentunya yang berdiameter cukup besar sesuai dengan kondisi dan fungsi gedung atau bangunan itu sendiri minimal berukuran 3 inci.
Jarak Aman
Meskipun telah dilengkapi sumur resapan yang berfungsi menyaring air kotor dan mengembalikannya ke dalam tanah, bukan berarti air tersebut sudah memenuhi syarat untuk diserap kembali oleh sumur dan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Masih perlu waktu lama, itulah sebabnya, sumur resapan harus berada sekitar 10 - 15 meter (tidak boleh kurang) dari sumur agar kualitas air sumur tetap terjaga.
Bila Septic Tank Sudah Penuh
Secara konvensional bila septic tank sudah penuh biasanya kita memanggil tenaga jasa sedot septic tank. Akan tetapi tentunya cara yang demikian memerlukan dana yang tidak sedikit. Belum bila letak septic tank yang kita miliki ternyata sulit dijangkau, tentunya hal ini akan menjadi kendala tersendiri bagi kita.
Ada cara lain yang dapat Anda pilih saat ini yaitu dengan menggunakan bahan pengurai berbentuk cairan. Bahan ini efektif menguraikan limbah yang mengendap di dalam septic tank. Sekarang sudah ada beberapa bahan pengurai yang dapat dijumpai di pasaran, seperti Septikur atau Roto Rooter.
Proses kerja penguraian atau dekomposisi limbah septic tank dengan bahan pengurai ini dibantu oleh mikroorganisme yang terkandung di dalam bahan tersebut. Mikroorganisme ini tergolong anaerob yang bekerja tanpa memerlukan oksigen.
Cara pemakaian Septikur, bila septic tank belum terlalu penuh adalah dengan menuangkan 500 ml cairan tersebut ke dalam kloset tanoa dicampur dengan bahan lain setelah itu, siram kloset dengan air supaya bahan pengurai bisa masuk ke septic tank. Ikuti cara pemakaian yang tertera pada kemasan dengan seksama. Jika septic tank sudah penuh maka penggunaan cairan ini sebanyak 1000-1500 ml dalam sekali pemakaian. Proses penguraian ini akan memakan waktu sekitar 7-10 hari.
Tips Agar Septic Tank Awet
Agar septic tank awet jangan membuang benda-benda ke dalam kloset seperti tisu, pembalut, plastik dan kapas. Bila hal ini dilakukan maka akan menyebabkan penyumbatan pada septic tank. Selain itu jangan membuang sisa busa atau sabun ke dalam kloset karena hal ini akan menyebabkan matinya mikroorganisme pengurai yang bermanfaat. Dengan matinya mikroorganisme pengurai maka tidak ada lagi mikroorganisme alami yang dapat mengurai sisa buangan yang mengendap di dalam septic tank. (Sumber: PT. Induro Internasional)
No comments:
Post a Comment