Sumber gambar: dokumen suara Antar
Kala sepasang suami istri yang telah menanti kedatangan "momongan", dimana telah sekian lama menanti tentunya betapa sukacita beroleh "anugerah" yang sekaligus adalah amanat dari Tuhan yang harus "terpelihara". Begitupula dengan sebuah negara yang begitu merindukan seorang pemimpin yang "merakyat" dan selalu membela kepentingan rakyat, tentunya impian setiap bangsa di belahan bumi.
Apabila kita tanyakan pada hati yang terdalam, sebagai seorang wanita tentunya berharap mendapatkan suami atau "pemimpin" yang penuh kasih. Begitupula sebagai hati seorang rakyat tentunya memiliki "asa" beroleh pemimpin yang penuh kasih dan perhatian.
Kini bagaikan berjalan di padang gurun yang gersang dan menemukan sebuah oase pelepas dahaga, seperti itulah yang kini sedang dirasakan "rakyat" Indonesia. Manakala Tuhan hadirkan seorang pemimpin baru yang memiliki hati penuh sayang. Terlepas dari pihak-pihak yang kontra akan kehadiran sosok yang "dinanti" ini.
Saya pribadi tidak memahami akan politik, saya hanyalah seorang ibu rumahtangga, namun dari sekian lama hidup di negeri yang makmur ini ingin rasanya memiliki seorang pemimpin yang sungguh-sungguh mencintai rakyatnya. Tidak korup, tidak mementingkan "pencitraan", tidak mementingkan diri pribadi dan kelompoknya dari semua itu adalah bukan pemimpin yang "bertopeng", model "satria baja hitam" atau "batman" atau juga "the mask". Tapi tentunya seorang pemimpin yang apa adanya bukan ada apanya. Pemimpin yang mencari pahala bukan piala....pemimpin yang menebar kasih bukan menebar janji...pemimpin yang berjiwa melayani bukan yang ingin layani.....
Pada sosok seorang Joko Widodo, sejuta asa rakyat negeri ini bertumpu dipundaknya. Pada sosok Jokowi bagaikan turunnya "hujan" sehari ditengah kemarau yang panjang. Pada seorang Jokowi sejuta asa dan harap anak negeri bersemayam.
Tentunya, ia bukan seorang "magician" yang dalam sekejap dapat merubah keadaan. Tentunya, ia bukan seorang "Harry Potter" yang memiliki tongkat sakti. Ia hanya seorang manusia yang juga memiliki kelemahan. Tak ada daya dan upaya tanpa kuasa-Nya, tak akan berhasil program-program kerjanya tanpa bantuan dan kerjasama kita semua.
Namun terlepas dari itu semua, euporia dan luapan bahagia serta sukacita. Mari kita sosong "anugerah" ini dengan kerja nyata kita, dengan karya kita. Kita tak hanya dapat mengandalkan Jokowi seorang, layaknya sebuah tim sepakbola yang dibutuhkan adalah kerjasama dan "teamwork". Cobalah lihat bagaimana "tim Portugal" kandas di piala dunia yang karena hanya mengandalkan "Cristiano Ronaldo" seorang. Tapi lihatlah bagaimana hebatnya "teamwork" kesebelasan Jerman yang solid dan konsisten, hingga akhirnya beroleh kemenangan dan pulang membawa "piala dunia".
Kerja...kerja...kerja...begitulah Jokowi berseru dan memanggil seluruh ragam profesi yang ada di negeri Indonesia tercinta ini...tinggalkan nomor satu dan tanggalkan nomor dua mari bersama bergandengan dalam salam "tiga jari"...Persatuan Indonesia
No comments:
Post a Comment