Pentingnya Membaca Watak dan Pribadi Diri Sendiri
Written By Unknown on 5.11.14 | 5.11.14
Mengenal watak dan pribadi diri-sendiri sangatlah penting. Berusaha untuk mengenal diri sendiri akan membantu kita meraih kemantapan hidup. Dan dengan suatu pendirian yang kokoh sebagai landasannya kita dapat meraih kebahagian hidup di dunia. Seseorang yang tidak tahu siapa dirinya, pada umumnya memiliki kehidupan yang mengambang, tidak mempunyai falsafah yang pasti dan sering lari dari tanggung jawab dan kenyataan yang dihadapinya. Namun bagi orang yang sadar diri dan mengenal wataknya secara sempurna, ia akan dapat hidup dan berkeyakinan serta percaya pada kemampuan diri sendiri. Ia menjadi orang yang mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membuktikan dan mencari watak yang sebenarnya.
Dalam kenyataannya seringkali kita terbawa pada kepalsuan-kepalsuan hidup yang mengantarkan diri kita kepada keadaan yang abstrak. Artinya, kita sering hanyut pada pemikiran-pemikiran yang tinggi dan jauh dari kenyataan yang ada pada diri kita sendiri. Dalam hal ini pemahaman yang mendalam tentang diri Anda sendiri adalah menjadi sangat penting. Bukan hanya mengenai kekuatan dan kelemahan saja namun mencakup pula tentang nilai-nilai yang Anda pegang.
Orang-orang besar sepanjang sejarah seperti Napoleon, da Vinci, Mozart, mereka menemukan tentang dirinya dan selalu mengelola diri sendiri tanpa harus menjadi orang lain. Hal itulah yang secara keseluruhan telah membuat mereka menjadi besar. Tetapi orang-orang seperti mereka jarang ada, sangat baik dalam hal bakat maupun pencapaian sehingga melampaui manusia biasa. Kebanyakan dari kita, bahkan sebagian dengan karunia yang tidak besar, diharuskan untuk belajar mengetahui tentang diri dan pada akhirnya mengelola diri dengan sebaik-baiknya. Kita harus belajar mengembangkan diri, memosisikan diri di tempat kita dapat memberikan kontribusi terbesar.
Berkhayal Dan Bermimpi
Dua kalimat yang nyaris hampir sama dalam arti dimana keduanya sama-sama memiliki arti berharap sesuatu yang belum terjadi. Berkhayal merupakan sebuah fantasi yang membawa seseorang pada harapan yang melampui batas kemampuan. Orang yang suka berkhayal secara tidak langsung mengharapkan dan melakukan permintaan yang berlebihan. Dan bentuk permintaan itu merupakan suatu permintaan yang tanpa syarat. Dan perlu disadari bahwa permintaan tanpa syarat akan melahirkan kecemasan dan perasaan kecewa. Hal seperti itulah yang senantiasa terjadi pada orang-orang yang selalu berkhayal, dikarenakan mereka senantiasa memaksakan dirinya melebihi dari kenyataannya sendiri walhasil, ia akan mendapati dirinya kecewa dan frustasi manakala pada kenyataannya hal yang dikhayalkan tak terwujud dalam nyata, jauh dari khayalannya. Ini berarti ia belum dapat dan belum mampu menyelami karakter serta diri pribadinya.
Bermimpi, adalah sebuah impian akan asa masa depan yang ditanamkan pada alam bawah sadar. Namun orang-orang yang memiliki impian tentang masa depannya selalu mengimbuhi impian itu dengan aksi. Orang-orang besar mengawali kesuksesannya melalui sebuah mimpi yang diwujudkan dengan aksi yang luar biasa. Seperti halnya Thomas Alfa Edison, yang memiliki impian menempatkan lampu penerang taman ke dalam rumah. Dimana pada zaman itu penerangan baru bisa dilakukan di luar ruangan. Impian Thomas itu ia wujudkan dengan kegigihan dan keuletan hingga impian itu terwujud.
Intinya seseorang yang menanamkan impian pada alam bawah sadar selalu membuahkan hasil nyata. Menanamkan asa pada alam bawah sadar akan menjadi sumber kekuatan kepercayaan diri, karena alam bawah sadar tidak mengenal akan kata tidak mungkin. Dengan di imbuhi aksi yang optimal maka hal yang tidak mungkin dalam pikiran akan menjadi mungkin pada kenyataannya. Ibarat sebuah doa yang keras kita panjatkan sepanjang siang dan malam, bila tidak ada aksi maka doa itu tidak akan terwujud. Wujud daripada doa adalah aksi yang kita lakukan. Apabila doa yang kita panjatkan begitu keras dan kita aplikasikan pula dengan aksi yang nyata maka akan berbanding lurus dengan pencapaian hasil yang optimal. Doa itu pun akan tercermin melalui nilai-nilai diri kita pada kehidupan keseharian.
Egosentris
Egosentris dalam hal ini kita istilahkan sebagai pendewasaan diri orang-orang yang mengharapkan perhatian dari orang lain, mementingkan diri sendiri dan berusaha melindunginya dari kenyataan yang ada. Dengan kata lain, orang-orang semacam ini sudah dihinggapi oleh perasaan takut yang perwujudannya adalah dalam bentuk tingkah laku yang destruktif. Mereka suka berkelahi, mudah tersinggung dan marah-marah serta pula bersifat pasif, tak berani mengambil keputusan apa-apa.
Egosentris biasanya berkaitan erat dengan pertahanan diri. Misalkan seseorang yang selalu bertindak destruktif (berbuat menyerang, keras tangan, bermusuhan, minum alkohol atau merusak) merupakan lambang dan pernyataan bawah sadar, ia ingin mempertahankan diri. Bentuk pertahanan diri semacam ini sebenarnya karena orang yang bersangkutan mempunyai rasa takut yang berlebihan. Sikap kepala batu dan tertutup atas saran dan kritik dari orang lain merupakan pencerminan ia tidak dapat menemukan keberadaan wataknya sendiri.
Kebanyakan dari kita selalu meninggalkan karakter (watak) kita pribadi dan bercermin pada watak orang lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mendapat pengakuan bahwa kita bisa seperti orang yang kita contoh itu. Budaya meniru (imitasi) semacam ini secara tak langsung adalah pencerminan, bahwa orang-orang peniru (imitator) tersebut masih berusaha mencari dirinya sendiri yang sebenarnya ia memiliki sifat gila kedudukan dan mencontoh orang-orang yang sudah memiliki nama besar. Oleh sebab itu, belajar untuk menyadari watak dan pribadi sendiri memang sangat penting dan mutlak diperlukan. ( sumber: koran kompas, buku manajemen karya Peter F. Drucker)
Label:
RAGAM
Post a Comment