Gambar: koleksi syennyfu.blogspot.com
Bunga senantiasa identik dengan cinta dan romatisme, tak salah jika ungkapan itu ditujukan kepadanya. Saat kita memandang keindahan warna dan bentuk dari bunga akan tersentuh hati untuk mengaguminya. Manakala kita menghirup wangi dari bunga, terasa ketenangan menyesuri segenap jiwa. Rasa romantisme pun akan muncul manakala pasangan kita memberi seuntai bunga mawar. Tentunya hal-hal tersebut pernah Anda alami.
Selain energinya, bunga juga memiliki bau yang khas. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan beberapa dokter jiwa di Inggris menerangkan, setiap berkumpul 100 holligan, maka di situ muncul bau khas, yang pada dasarnya bau itu tidak dapat dicium, namun hakikatnya ada. Yaitu, bau yang merangsang saraf massa untuk berperilaku brutal.
Yang menjadi pertanyaan, jika ada bau yang merangsang orang untuk menjadi brutal dan beringas, tentu ada pula bau khas yang lain sebagai peyeimbang dalam kehidupan. Seperti halnya ada malam ada siang, artinya, ketika ada yang negatif, tentu ada yang positif. Diyakini sepenuhnya oleh tim peneliti bahwa bau yang positif itu dapat diperoleh dari bau (harum) bunga-bungaan, dan dari sini pula kemudian muncul yang sekarang kita menyebutnya aromaterapi. Yakni, penyembuhan dengan memanfaatkan bau bunga-bunga tertentu.
Nenek moyang kita menyakini bau khas bunga-bungaan pada umumnya wangi jika tercium, atau bentuknya yang indah jika dilihat, maka secara alami hal itu mendatangkan rasa nyaman dalam perasaan. Sedangkan orang modern menyebut proses ini dengan istilah relaksasi. Yaitu mengendorkan trauma emosional sebagai penyebab utama datangnya suatu penyakit.
Post a Comment